Aymeric Laporte: Bek Kalem yang Pernah Jadi Tembok Pep Guardiola, Sekarang Bawa Vibes ke Timur Tengah

Di era sepak bola yang penuh bek flamboyan, selebrasi nyeleneh, dan tekel kayak video game, ada satu sosok yang mainnya kayak sipil yang nyasar di lapangan militer. Aymeric Laporte bukan tipe yang teriak-teriak, bukan juga tukang sliding tackle tiap lima menit. Tapi justru karena itu, dia bek yang dipilih Guardiola buat jadi kunci pertahanan City bertahun-tahun.

Dari anak Prancis yang gak pernah dipanggil Deschamps, sampai main di Euro buat Spanyol. Dari jenderal lini belakang di Premier League ke pemain penting di Al Nassr. Ini bukan cerita biasa. Ini tentang pemain yang jarang salah ambil posisi, dan hampir gak pernah bikin panik.


Asal-Usul: Prancis, Tapi Gak Pernah Dilirik Timnas

Aymeric Laporte lahir 27 Mei 1994 di Agen, Prancis. Tapi dari awal, dia udah punya gaya main yang “beda” dari bek-bek Prancis lain. Kalau Prancis suka yang kuat dan agresif (Varane, Umtiti, Kimpembe), Laporte justru lebih:

  • Fokus ke posisi
  • Jago passing dari belakang
  • Tenang walau diserang bertubi-tubi

Dia gabung akademi Athletic Bilbao—klub Spanyol yang hanya pakai pemain Basque—karena dia punya garis keturunan Basque dari kakeknya. Di sinilah gaya mainnya makin matang. Di usia belasan, dia udah main reguler di La Liga.


Bilbao: Kampus Tak Tertulis Bek Modern

Di Athletic Bilbao, Laporte main dari 2012 sampai 2018. Di sini dia jadi pemain reguler, bukan cuma karena fisiknya, tapi karena:

  • Visi mainnya kuat
  • Bisa main sebagai bek tengah kiri
  • Passing akurat ke depan, cocok buat build-up

Di bawah asuhan Ernesto Valverde dan pelatih lain, dia berkembang jadi salah satu bek terbaik La Liga. Tapi gak banyak sorotan, karena Bilbao bukan klub “headline” meski selalu main rapi.


Manchester City: Dipilih Langsung oleh Guardiola

Tahun 2018, Pep Guardiola akhirnya dapet bek yang dia pengen dari dulu. Manchester City bayar £57 juta, dan langsung nempatin Laporte di starting XI.

Kenapa Pep ngotot?

Karena Laporte punya kombinasi langka: kaki kiri + ketenangan + akurasi passing.

Dan benar, Laporte langsung nyetel:

  • Main bareng Stones, Otamendi, Kompany
  • Jadi bagian dari quadruple domestik
  • Punya salah satu rekor tak terkalahkan terbaik saat starter

Di musim 2018/19, Laporte main 51 laga dan dianggap bek paling vital City. Bahkan Guardiola bilang:

“Tanpa Laporte, struktur permainan kami kacau.”


Masalah Cedera dan Rotasi Berat

Tapi setelah dua musim awal yang gacor, Laporte mulai kena badai cedera. ACL, hamstring, dan beberapa cedera otot bikin dia kehilangan tempat reguler.

Di saat itu, City juga mulai upgrade barisan belakang:

  • Masuknya Rúben Dias
  • John Stones makin konsisten
  • Aké dan Akanji mulai sering main

Laporte tetap jadi opsi kuat, tapi bukan pilihan utama lagi. Meski performa gak jelek, intensitas City dan sistem Pep menuntut 100% fit sepanjang musim.


Statistik: Clean, Efisien, Serius

Laporte bukan bek yang ngasih stats mencolok kayak gol tiap bulan. Tapi dia selalu stabil. Beberapa poin penting:

  • Passing accuracy di atas 92% tiap musim
  • Salah satu bek yang jarang bikin pelanggaran
  • Rata-rata interception tinggi tanpa tekel agresif
  • Nyaris gak pernah kehilangan bola di zona berbahaya

Dengan kata lain: kalau Laporte main, lo bisa tidur tenang.


Timnas Spanyol: Prancis Tolak, Spanyol Peluk

Mungkin bagian paling drama dari karier Laporte adalah soal timnas.

Lahir di Prancis, main di semua level youth. Tapi begitu naik senior? Gak dipanggil-panggil sama Didier Deschamps. Ada desas-desus: dia terlalu “halus,” gak cocok sama gaya Prancis.

Akhirnya tahun 2021, setelah lama berharap, Laporte ganti kewarganegaraan dan main buat Spanyol.

Langsung gas di:

  • EURO 2020 (main tiap laga)
  • Piala Dunia 2022
  • Jadi starter reguler bareng Pau Torres atau Rodri (yang kadang jadi CB)

Dan lo tahu apa? Gaya main Laporte emang cocok banget sama gaya Spanyol:

  • Dominasi bola
  • Build-up rapi
  • Bek yang bisa ikut nyusun serangan

Pindah ke Al Nassr: Awal Baru di Timur Tengah

Tahun 2023, Laporte akhirnya cabut dari City dan gabung Al Nassr di Arab Saudi. Banyak yang bilang dia “menyerah terlalu cepat.” Tapi ada banyak faktor:

  • Saingan di City makin padat
  • Mau main reguler jelang Euro 2024
  • Gaji besar dan proyek serius di Al Nassr

Sekarang, dia main bareng Cristiano Ronaldo, Otávio, Brozović, dan Mané. Laporte jadi jenderal belakang yang ngatur pertahanan tim paling ofensif di liga.


Apa yang Bikin Laporte Unik?

Gak semua bek punya style kayak Laporte. Kebanyakan sekarang kejar spotlight, sliding tackle, celebration lebay. Laporte beda:

  • Main sederhana tapi tepat
  • Jarang salah posisi
  • Gak emosional di lapangan
  • Tahu kapan bawa bola, kapan buang

Dan itu bikin dia selalu cocok di sistem taktis—baik City, Spanyol, sampai Al Nassr.


Balik Eropa? Bisa Aja

Laporte masih 30 tahun. Artinya:

  • Masih bisa main di level top 3–4 tahun lagi
  • Masih dibutuhkan tim yang butuh bek senior berpengalaman
  • Spanyol kemungkinan tetap bawa dia buat turnamen besar

Kalau performa di Arab Saudi tetap konsisten, gak nutup kemungkinan dia balik ke La Liga atau Serie A. Tim kayak Atlético atau Napoli bisa banget manfaatin gaya mainnya.


Penutup: Aymeric Laporte Gak Pernah Ribut, Tapi Selalu Relevan

Di era sepak bola yang terlalu keras kepala soal branding dan eksposur, Laporte justru tenang dan fokus kerja. Dia gak pernah main buat kamera, tapi semua pelatih besar selalu kasih dia menit bermain karena tahu:

“Dia bek yang bikin tim gak kehilangan kontrol.”

Gak perlu viral buat jadi elite. Laporte buktiin bahwa kesederhanaan, disiplin, dan otak tajam tetap relevan di era sepak bola modern.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *